Kamis, 23 Juni 2011

sunan giri


BAB II
PEMBAHASAN

Sebagaimana kita ketahui, bahwa dalam penyiaran dan penyebaran agama Islam di Jawa pada zaman dahulu dipelopori oleh para muballigh Islam yang lebih dikenal dengan sebutan wali. Adapun para wali itu jumlahnya ada sembilan yang dianggap sebagai kelompok yang terdiri dari sejumlah besar para muballigh Islam yang bertugas mengadakan operasi di daerah-daerah yang belum memeluk agama Islam. Mengenai nama- nama dari para wali songo yang umum dikenal di kalangan  masyarakat sekarang ialah terdiri dari Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Bonang, Sunan Giri, Sunan Drajat, Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan Muria, dan Sunan Gunung Jati.Akan tetapi dalam pembahasan kali ini penulis hanya memusatkan pembahasan pada Sunan Giri sebagai obyek yang akan kita kaji bersama.
Jika kita mengunjungi kompleks pemakaman Sunan Giri dan Kedaton Giri, kita dapat menemukan beberapa situs yang mana di dalamnya menyimpan nilai- nilai kesejarahan yang sangat tinggi.

A. Pengertian Sumber Sejarah
Pengertian sumber sejarah di sini yaitu, segala sesuatu yang dapat memberikan informasi dan dapat dijadikan sebagai bahan untuk merekonstruksi, menggambarkan, menuliskan serta mengisahkan kembali tentang peristiwa yang terjadi di masa lalu, sehingga menjadi sebuah tulisan sejarah aktualitas manusia di masa lalu.
Sejarah sebagai peristiwa yang terjadi di masa lampau, dapat diungkap kembali oleh para ahli sejarah berdasarkan sumber- sumber sejarah yang ditemukan. Kendati demikian, tidak semua peristiwa sejarah dapat diungkap secara lengkap. Hal ini dikarenakan karena terbatasnya sumber sejarah yang ada.
Dalam penulisan sejarah atau esai kesejarahan kedudukan arau peran sumber sejarah tidak bisa diabaikan. Sumber sejarah merupakan bahan utama yang dipakai untuk mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan subjek sejarah. sumber sejarah atau peninggalan sejarah menurut bentuknya bisa berupa Visual, tulisan, kesaksian para saksi mata atau mereka yang terlibat, atau bisa juga berupa berita atau informasi dari mulut ke mulut. Sedangkan berdasarkan pada kedudukannya sumber sejarah dibagi menjadi sumber sejarah primer dan sumber sejarah sekunder. Untuk memperolehnya penulis bisa mengamati situs- situs insitu[1] atau bisa memanfaatkan badan- badan yang sengaja di bentuk pemerintah untuk merawat kelestarian sumber sejarah yang ada, seperti Badan Arsip, Perpustakaan, museum dan sebagainya.

B. Sumber- Sumber Kesejarahan Sunan Giri Sebagai Penguasa Kesultanan Giri Kedaton
Dalam membahas Sunan Giri sebagai penguasa kesultanan Giri Kedaton, kami menggunakan beberapa sumber- sumber sejarah, diantaranya yaitu sumber sejarah lisan dan sumber sejarah visual. Untuk memahami makna kesejarahan yang tersimpan dalam peninggalan- peninggalan tersebut, kami juga menggunakan beberapa ilmu bantu, salah satu diantaranya yaitu arkeologi.

B.1. Sumber Sejarah Lisan
Sumber lisan adalah sumber yang disampaikan secara lisan dari mulut ke mulut, sehingga membentuk tradisi, adat istiadat, kebiasaan, kepercayaan, dan lain- lain. Sumber lisan dapat dibedakan menjadi dua macam. Pertama, Sumber Lisan sebagai warisan dari tradisi lisan yang disampaikan secara turun temurun dari generasi ke generasi ( Oral Tradition). Sumber lisan yang termasuk dalam kategori ini adalah Rumor, Balada Sejarah, Hikayat atau Legenda, Mithos
Kedua, Yakni Sumber lisan yang berasal dari orang sejaman, pelaku peristiwa, atau saksi mata. Sumber lisan jenis ini biasa juga disebut dengan Oral History. Sumber yang termasuk dalam kategori kedua ini, objektifitasnya ebih bisa dipertanggung jawabkan daripada yang pertama karena unsur penambahan dan pengurangan terhadap suatu cerita dapat dikontrol dengan kesaksian pelaku lain.[2]
Dalam membahas Sunan Giri Sebagai penguasa kesultanan di Giri Kedathon pada tahun 1528, kami menemukan dua sumber lisan yang tergolong kategori sumber lisan yang pertama, yaitu juru kunci makam sunan Giri yakni bapak Hisyam dan yang juru kunci Kedaton Giri, yakni Bapak Mukhtar. Untuk Sumber lisan yang termasuk dalam kategori kedua kami tidak menemukannya, hal ini disebabkan oleh keterpautan waktu dimana sunan Giri berkuasa di Giri Kedaton yakni tahun 1528 dengan tahun sekarang.


B.2. Sumber Benda atau Sumber Visual
Sumber Benda atau Sumber Visual yaitu segala sesuatu yang berbentuk dan berwujud, yang dapat membantu sejarawan untuk menjelaskan tentang peristiwa masa lalu manusia. Sumber- sumber visual itu bisa berupa:
a.       Sumber berupa monumen, misalnya: masjid, pura, candi, makam, lukisan, pembuatan emas, stempel.
b.      Sumber berupa ragam hias, misalnya: patung, lukuisan sejarah dalam buku, lambang- lambang
c.       Sumber berupa grafik, misalnya maket kota, catatan statistik, catatan kriminal atau sidik jari, dan lain- lain.
d.      Sumber berupa Photografi, meliputi mikro film, foto bisu maupun bersuara, reproduksi dokumen dengan fotografi, termasuk foto copy.
 Dalam membahas sunan Giri sebagai penguasa kesultanan di Giri Kedathon pada tahun 1528, kami menemukan beberapa sumber visual yaitu berupa foto- foto, diantaranya yaitu salinan foto Giri Kedathon dengan latar depan kolam untuk wudhu sebelum diadakannya pemugaran dan setelah diadakannya pemugaran. Selain itu kami juga mendapatkan beberapa foto dari artefak Insitu yang ada di kompleks pemakaman Sunan Giri berupa ukiran kayu jati yang ada di cungkup pemakaman sunan Giri yang berupa naga paksi dan suluran bunga teratai, bangunan cungkup yang pintunya dibuat rendah. Semua sumber- sumber di atas dapat di lihat dilampiran- lampiran yang kami cantumkan di halaman belakang. Jika dilihat dengan kasat mata saja, kita tidak akan bisa menemukan apa makna di balik itu semua. Oleh karena itu kami akan menggunakan ilmu bantu kesejarahan yaitu arkeologi.
 Kayu sebagai bahan utama dari bangunan cungkup Sunan Giri, nampaknya memiliki makna simbolik. Peninggalan tersebut masih ada kesinambungannya dengan zaman peradaban nusantara kuno, dimana unsur ragam hias kayu itu digambarkan sebagai pohon hayat (pohon kehidupan), kalpa druma (lambang pengharapan), dan kalpa wreksa (lambang keselamatan).[3]
Pintu yang berada di cungkup pemakaman Sunan Giri disini dibuat rendah, sehingga apabila seseorang hendak memasukinya harus membungkukkan badannya sebagai bentuk penghormatan dan rasa tawadhu’ seorang muslim kepada orang yang sudah wafat.
Ragam hias teratai mendominasi gebyok cungkup Sunan Giri. Ragam hias seperti ini umumnya digunakan sebagai ragam hias dalam kesenian sebelum Islam, yaitu pada lapik patung, bangunan candi, dan relief. Pada seni patung atau Ikonografi, teratai biasanya digunakan sebagai asana atau padestal ( tempat untuk berdiri atau duduk) patung raja atau dewa. Teratai dalam budaya Pra- Islam memiliki makna sebagai lambang kelanggengan ( keabadian), kesucian dan kebangkitan kembali.
Ragam hias teratai memiliki arti bahwa kematian jasmani merupakan peralihan dan pembebasan diri dari ikatan- ikatan jasmaniah yang telah hancur menuju  kebangkitan alam rohani dalam alam kehidupan yang baru, yaitu alam kelanggengan, aam keabadian, atau alam akhirat. Tentunya dalam kehidupan yang akan datang itu diharapkan memperoleh kehidupan yang lebih baik.[4]
Sedangkan ragam hias fauna yang berupa naga yang ada pada sebelah kanan dan kiri gerbang bentar serta yang ada pada ukiran- ukiran di gebyok makam Sunan Giri memiliki makna atau simbol tersendiri. Naga memiliki simbol kekuasaan atau tahta. Jadi patung atau ukiran naga di makam Sunan Giri menandakan bahwasanya jasad yang disemayamkan disitu dulunya pernah memegang tampuk kekuasaan atau tahta pada zamannya.
B.2. Sumber dari buku
Sumber sejarah ini termasuk daam kategori sumber tersier, yaitu sumber yang didapat dari buku- buku atau karangan yang masih ada relevansinya dengan judul atau tema yang akan dibahas. Disini kami menemukan beberapa buku yang cocok untuk di jadikan sumber acuan:
a.       Solichin Salam, Sekitar Wali Songo (Yogyakarta: Menara Kudus, 1960)
b.      H. Lawren Rasyidi, Kisah dan Ajaran Wali Songo (Surabaya: Terbit Terang, t.th)








BAB III
KESIMPULAN


Sumber sejarah adalah bahan- bahan yang dapat dipakai mengumpulkan informasi mengenai peristiwa sejarah. Usaha mengumpulkan informasi mengenai peristiwa sejarah itu menjadi tugas sejarawan. Dalam menulis esai kesejarahan sumber- sumber sejarah itu sangatlah dibutuhkan. Mengingat banyaknya subjektifitas yang kerap kali terjadi, seorang sejarawan harus bisa memilih dan memilah atau mencari keotentikan sumber- sumber sejarah yang ada atau yang didapat.


























DAFTAR PUSTAKA

Metini, Wanda. 2003. Kompleks makam Sunan Giri; Tinjauan Historis Arkeologis dalam Dukut Imam Widodo, dkk,Grissee Tempo Doeloe. Gresik: Pemerintahan Kota Gresik

Zulaikha, Lilik. 2010. Diktat Metodologi Sejarah. Surabaya:  IAIN Sunan Ampel

http://www.facebook.com/topic


























LAMPIRAN- LAMPIRAN



 



 terjadi di masa lampau dapat memanfaatkan museum, perpustakaan, arsip nasional, arsip daerah sebagai tempat untuk mendapatkan informasi yang terkait dengan subjek sejarah yang akan di para ahli sejarah berdasarkan sumber-sumber sejarah yang dapat ditemukan. Meskipun demikian, tidak semua peristiwa masa lampau dapat diungkap secara lengkap karena terbatasnya sumber sejarah.
Dalam penulisan sejarah, peran atau keberadaan sumber sejarah menjadi sesuatu yang tidak bisa diabaikan. Sumber sejarah merupakan bahan utama yang dipakai untuk mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan subjek sejarah. Untuk memperolehnya seseorang dapat memanfaatkan museum, perpustakaan, arsip nasip
Suluran Teratai Pada Gebyok Cungkup makam Sunan Giri





 daerah sebagai tempat untuk mendapatkan informasi yang terkait dengan subjek sejarah yang akan ditulis.
Sejarah sebagai peristiwa yang terjadi pada masa lampau, dapat diungkap kembali oleh para ahli sejarah berdasarkan sumber-sumber sejarah yang dapat ditemukan. Meskipun demikian, tidak semua peristiwa masa lampau dapat diungkap secara lengkap karena terbatasnya sumber sejarah.
Dalam penulisan sejarah, peran atau keberadaan sumber sejarah menjadi sesuatu yang tidak bisa diabaikan. Sumber sejarah merupakan bahan utama yang dipakai untuk mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan subjek sejarah. Untuk memperolehnya seseorang dapat memanfaatkan museum, perpustakaan, arsip nasional, arsip daerah sebagai tempat untuk mendapatkan informasi yang terkait dengan subjek sejarah yang akan ditulis.

Ukiran Naga Paksi yang ada Di Gebyok Cungkip Makam Sunan Giri



[1]  Situs Insitu yaitu situs yang masih ada di tempat asal dimana ia diketemukan.
[2] Lilik Zulaikha, Diktat Metodologi Sejarah, (Surabaya;  IAIN Sunan Ampel, 2010), 22.
[3] http://www.facebook.com/topic.
[4] Wanda Metini, Kompleks makam Sunan Giri; Tinjauan Historis Arkeologis dalam Dukut Imam Widodo, dkk,Grissee Tempo Doeloe,( Gresik; Pemerintahan Kota Gresik, 2003) hlm 53.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar