Minggu, 29 Mei 2011

makalah filsafat sejarah

 PENDAHULUAN
1.     Latar Belakang

Pada abad pertengahan tokoh-tokoh yang memberikan sumbangsih bagi kehidupan intelektual  adalah orang-orang gereja. Masyarakat umum pada abad pertengahan banyak menulis karya-karya sastra dalam uraian tentang sejarah umum yang hal tersebut akan menuntut perhatian lebih besar daripada yang diperlukan dalam uraian tentang filasafat sejarah. Baru pada abad pertangahan kita jumpai masyarakat umum yang menulis tentang filsafat, hingga abad ke-14 kaum eklesiastik boleh dikatakan memegang monopoli atas filsafat dan oleh karenanya filsafat pun ditulis berdasarkan sudut pandang gereja.
Santo Agustinus adalah salah seorang pelopor dalam sejarah filsafat di zaman abad pertengahan (abad 6-16) M. Sejarah filsafat abad ini sering disebut dengan zaman patristic dan zaman skolastik. Patristik berasal dari kata latin “patres” yang artinya “bapa-bapa geeja”. Ajaran kefilsafatannya menunjukkan adanya pengaruh dari zaman hellenisme. Mereka berusaha memperlihatkan bahwa iman sesuai dengan pikiran-pikiran dalam diri manusia. Sedangkan zaman Skolastik ditandai dengan diajarkannya filsafat pada sekolah-sekolah biara yang berisi tentang hubungan hakikat Tuhan, antropologi, etika dan politik.
Makalah ini membahas tentang teori gerak sejarah Santo Agustinus dan kaitannya dalam karya bukunya berjudul “ The City of God”
2.     Rumusan Masalah
1.     Siapakah Santo Agustinus ?
2.     Bagaimanakah teori gerak sejarah menurut Santo Agustinus ?
3.     Bagaimana pandangan filsafat Santo Agustinus dalam bukunya “The City of God” ?
3.     Tujuan Masalah
1)     Mengetahui profil Santo Agustinus
2)     Mengetahui teori gerak Santo Agustinus dalam hubunganya dengan sejarah
3)     Mengetahui pandangan filsafatnya Santo Agustinus dalam bukunya The City of God”
 PEMBAHASAN

A. Biogarafi Santo Agustinus

Santo Agustinus dilahirkan pada tanggal 13 November 354 di Tegaste, Algeria, Afrika Utara. Ayahnya bernama Patristius, seorang kafir. Ibunya Santo Monika, seorang Kristen yang saleh. Dalam menginjak dewasa, Santo Agustinus mulai berontak dan hidup liar. Pada umur 29 tahun, Augustinus dan Alypius sahabatnya menjadi guru besar di Milan. Sementara hatinya merasa gelisah, ia mencari-cari sesuatu yang dalam berbagai aliran kepercayaan untuk mengisi kekosongan jiwanya. Sembilan tahun Santo Augustinus menganut aliran manikisme, yaitu bid’ah yang menolak Allah dan mengutamakan rasionalisme. Tetapi tanpa kehadiran Tuhan dari hidupnya, jiwanya tetap kosong. Semua buku-buku ilmu telah dibacanya tetapi ia tidak menemukan kebenaran dan ketentraman dalam jiwanya.
Pada usia 31 tahun, Santo Augustinus mulai bergerak hatinya untuk kembali kepada Tuhan berkat ajaran dari Santo Ambrosius, uskup kota Milan. Suatu ketika Santo Augustinus melihat orang yang bertaubat kembali ke jalan Allah, ia merasa malu “ Apa yang bisa kita lakukan? Teriaknya kepada Alypus. “ Orang-orang yang tak terpelajar memilih surga dengan berani. Tetapi kita, dengan segala ilmu pengetahuan kita, demikian pengecut sehingga terus bergelimang dosa, semenjak itu ia memulai hidup baru dengan kembali kepada Tuhan.
 Pada tanggal 24 April 387, Santo Augustinus dipermandikan  oleh uskup Ambrosius, ia memutuskan untuk mengabdikan diri kepada Tuhan.[1] Ia seorang Kristen yang taat. Ia sering menulis pandangan-pandangannya terutama pandangannya tentang sejarah dalam karyanya yang terkenal Civitas dei (kerajaan tuhan). Gubahannya terdiri dari 22 jilid. Civitas dei adalah kerajaan yang tetap akan muncul dan abadi, karena bersumber dari “yang kekal”.[2]
Kekuasaan gereja merupakan hal yang paling menonjol pada periode pertengahan ini. Gereja memperoleh kekuasaan dan kekayaan berkat imannya. Gereja adalah lembaga sosial yang dibangun berdasarkan Iman, yang sebagian bersifat filosofis  dan sebagian berkaitan dengan sejarah sakral. Gereja membawa kekuasaan filosofis menuju hubungan yang lebih erat dengan keadaan-keadaan sosial dan politik. Pada abad pertengahan, para filosof banyak dari kalangan pendeta (bapa gereja). Pelopor dalam sejarah filsafat zaman ini adalah St. Agustinus dan Thomas Aquinas. Jadi secara tidak langsung, pendangannya banyak dipengaruhi dengan kependetaannya.[3]

B. Teori Gerak Sejarah Menurut Santo Auustinus

Menurut Rustam (1999: 52) mengatakan  bahwa:
Hakikat teori sejarah adalah suatu gerak yang tumbuh dan berkembang secara revolusi, karena menggambarkan peristiwa sejarah masa lampau secara kronologis. Urutan secara kronologis merupakan pokok teori untuk menggambarkan gerak sejarah.

Sejarah menurut St. Augustinus adalah epos perjuangan antara dua unsur yang saling bertentangan, yang baik dan yang buruk. Teori gerak sejarah menurut St. Augustinus ditentukan oleh kehendak tuhan. Hukum alam menjadi hukum Tuhan, kodrat alam menjadi kodrat Tuhan, Tuhan menentukan takdir, manusia menerima nasib. Gerak manusia bersifat pasif karena segala sesuatunya ditentukan oleh Tuhan.
Santo Augustinus dalam kitabnya juga menerangkan bahwa tujuan gerak sejarah ialah terwujudnya kehendak tuhan dalam civitas dei atau kerajaan tuhan. Civitas dei merupakan tempat manusia pilihan Tuhan yang menerima ajaran Tuhan dan yang menolaknya akan ditampung didalam civitas diaboli (kerajaan setan) atau neraka. Selanjutnya ia mengajarkan bahwa hakikat sesungguhnya kehidupan adalah penembusan dosa.[4] Seperti yang ia singgung dalam bukunya “The City of God” bahwasannya Adam sebelum kejatuhannya pernah memilki kehendak bebas dan bisa terbebas dari dosa. Namun karena dia dan hawa memakan buah apel maka kerusakan pun merasuki mereka dan terwariskan kepada seluruh anak keturunannya, sehingga tak seorang pun dari mereka yang bisa terbebas dari dosa, kecuali berdasarkan upaya mereka sendiri. Oleh karena itu St. Augustinus mengatakan bahwa hakikat kehidupan manusia di bumi ini hanyalah sebuah penebusan dosa yang dilakukan oleh adam dan hawa terdahulu.[5]

C. Pandangan Santo Agustinus, Filsafat Tentang Sejarah dalam Bukunya The City   Of God (kota Allah/Tuhan)

Santo Agustinus adalah seorang penulis yang produktif dan banyak menghasilkan karya-karya. Dan karya-karyanya banyak yang membahas tentang teologi (teori tentang ke-Tuhanan), dalam beberapa karya Santo Agustinus adalah membahas tentang tiga hal:
1.     Filsafat murni, terutama teorinya tentang waktu.
2.     Filsafat tentang sejarah, seperti dalam karyanya, The City Of God (kota Allah/Tuhan).
3.     Teorinya tentang penebusan, terutamayang berkaitan dengan kaum pelagian.[6] Namun dari tiga perkara diatas kami hanya akan dibahas poin yang kedua yaitu, filsafat tentang sejarah, karya Santo Agustinus yang berjudul The City Of God.
Pada tahun 410 M, Roma dijatuhkan oleh kaum Visigoth. Kaum pagan menghubungkan peristiwa itu dengan Roma telah menelantarkan Dewa-Dewa kuno. Karena pada saat Roma tidak memuja Jupiter(dewa), Roma mengalami malapetaka diatas. Dan ketika Roma memuja para dewa (Jupiter), Roma terlindungi dan tetap berkuasa. Karena. Dalam pagan memandang bahwasemua itu sudah menjadi kehendak dewa-dewa. Argumen diatas adalah argumennya  kaum pagan tentang The City Of God.[7] The City Of God. Yang ditulis oleh Santo Agustinus pada tahun 412 hingga 427 yang berisikan tentang jawaban terhadap pertanyaan sekitar kehancuran Roma, dan berisi dua peristiwa besar yakni kejatuhan Roma ke tangan bangsa Visigoth dan Alarik pada tahun 410 M dan diterimanya agama keristen melalui dekrit politik kaisar Theodosius menjadi agama resmi imperium Romawi pada tahun 393 M.[8]
Buku The City Of God diawali dengan renungan yang berawal dari penyerbuan atas Roma, dan dizaman pra-kristen kejadian yang lebih buruk . kaum pagan mengaitkan kejadian itu dengan agama Kristen karena, selama terjadinya kejadian itu orang-orang Roma berlindung gereja-gereja yang dimulyakan oleh orang-orang Goth dan sebab mereka beragama Kristen.[9]
Selanjutnya. Buku ini membahas persoalan tentang para perawan yang saleh yang diperkosa selama penyerbuan atas Roma. Pandangan Santo Agustinus tentang perempuan diperkosa dia berpendapat “syahwat orang lain tidak bisa mencemari kalian”. Kesucian adalah keutamaan batin dan tidak hilang karena, pemerkosaan. Melainkan, kesucian akan hilang karena karena niat dosa. Ada satu kesatuan bagi kaum perempuan saleh yang diperkosa untuk bisa dinilai tak berdosa, mereka tidak boleh menikmatinya jika mereka menikmatinya maka mereka berdosa.[10]

Santo Agustinus menyangga kamu stoa tentang mengutuk segala macam nafsu, Santo Agustinus mengatakan bahwa nafsu para pemeluk Kristen bisa menjadi sumber keutamaan kemarahan, atau kasih-sayang nafsu tidak harus dikutuk namun, kita selidiki tujuannya.[11]
Buku XI mengawali pembahasan tentang hakekat kota Allah. Kota Allah adalah masyarakat dan kaum terpilih. Pengetahuan tentang Allah hanya bisa di peroleh melalui kristus, karena mengenai semua pengetahuan agama harus pecaya pada kitab suci (suci). Selain itu, dia juga berpendapat bahwa segala yang diberkati bersifat kekal. Akan tetapi, tidak semua yang kekal diberkati,misalnya, neraka dan setan. [12]
Selanjutnya Santo Agustinus juga membahas tentang perihal dosa. Menurutnya, dosa bersumber dari jiwa bukan dari tubuh. Dan perkara ini berhubungan dengan nafsu seksual. Walaupun, pada hakikatnya hubungan seksualdalam sebuah perkawinan tidak berdosa karena, niatnya adalah untuk memperoleh keturunan. Akan tetapi, bagi seorang saleh ingin melakukannya tanpa disertai syahwat. Karena, yang demikian walaupun dalam perkawinan orang-orang merasa dengan hubungan seksual yang disertai syahwat/nafsu. Hal ini berhubungan dengan hukuman tentang dosa Adam yang menimpa kita ( umat manusia). Karena, dahulu Adam dan Hawa dapat melakukan hubungan seksual tanpa disertai dengan syahwat. Namun, karena Adam tidak dapat menjauhkan dirinya dari pohon apel maka, kebutuhan syahwat dalam hubungan seksual adalah hukuman bagi dosa Adam.[13]
                                Kemudian pembahasan selanjutnya, Santo Agustinus menyebutkan bahwa ada dua kebangkitan yaitu, kebangkitan jiwa pada saat kematian dan kebangkitan tubuh pada hari penghakiman. Dimana, setelah kebangkitan tubuh maka, tubuh-tubuh yang terhukum akan terbakar selamanya tanpa bisa musnah (karena, pada hakikatnya neraka bersifat kekal). Dan para iblis misalnya, walaupun pada hakikatnya mereka tidak berjasad namun, dapat terbakar oleh api biasa. Selain itu, dia juga berpendapat bahwa siksa neraka tidak mensucikan dan tidak akan bisa dikurangi sekalipun oleh campur tangan para Santo. Dan diakhir pembahasan buku The City Of God  ini menguraikan tentang visi Santo Agustinus mengenai Allah disurga dan tentang kebahagiaan kekal dikota Allah.[14] 

                                                                                KESIMPULAN
                                Santo Augustinus adalah seorang pelopor dalam sejarah filsafat di zaman abad pertengahan (abad 6-16) M.  St Augustinus mangganti akal dengan iman. Potensi manusia yang diakui pada zaman yunani diganti dengan kuasa Tuhan/ Allah. Ia mengajarkan bahwa kita tidak perlu dipimpin oleh pendapat bahwa kebenaran itu relatife. Kebenaran itu mutlak yaitu ajaran agama.
                                St. Augustinus mengatakan mempelajari hokum alam adalah mubadir, membosankan waktu. Ia juga berpendapat bahwa bumi adalah pusat jagat raya. Inteletualisme tidak penting, yang penting adalah cimta kepada Tuhan.
                                St. Augustinus memberikan formulasi yang sistematis tentang filsafat Kristen, suatu filsafat yang dominant terhadap katolik dan protestan. Filsafatnya tentang sejarah berpengaruh terhadap gerakan-gerakan agama dan pada pemikiran sekuler. Fisafat sejarah St. Augustinus ditinjau oleh teologi, dia mengatakan bahwa sejarah tidak dapat dijelaskan dengan memperhitungkan factor-faktor ekonomi, social, dan politik. Tetapi sejarah dapat dipahami melalui hokum-hukum Tuhan.
                                Pandangan St. Augustinus mengenai filsafat tentang sejarah ditulis dalam bukunya “ The City of God”. Karya ini sangat terkenal. Bab satu sampai sepuluh meneragkan tantang imperialisme romawi. Khusus bab sebelas sampe tigabelas menceritakan tentang pandangannya mengenai gerak sejarah.

DAFTAR PUSTAKA

                Russel, Bertrand. 2002. Sejarah Filsafat Barat. Yogyakarta: Pustaka pelajar offset

Tamburaka, Rustam E. 1999. Pengantar Ilmu Sejarah, Teori Filsafat Sejarah,           Sejarah Filsafat dan IPTEK. Jakarta: PT. Rineka Cipta




[1] www.googlebottle.com/tokoh-dunia/st.augustinus
[2] Rustam E. Tamburaka, Pengantar Ilmu Sejarah, Teori Filsafat Sejarah, Sejarah Filsafat, dan Iptek, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1999), 60
[3] Bertrand Russel, Sejarah Filsafat Barat, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset,2002), 407-408
[4] Rustam Tamburaka………………………………., 149
[5] Bertrand Russel…………………………………..., 478
[6] Betrand Russell. Sejarah Filsafat Barat: Dan Kaitannya Dengan Kondisi Sosio-Politik Di Zaman Kuno Hingga Sekarang. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002), 473.
[7] Ibid., 477.
[9] Betrand Russell. Sejarah Filsafat Barat: Dan Kaitannya Dengan Kondisi Sosio-Politik Di Zaman Kuno Hingga Sekarang. 478..
[10] Betrand Russell. Sejarah Filsafat Barat: Dan Kaitannya Dengan Kondisi Sosio-Politik Dari Zaman Kuno Hingga Sekarang. 479.
[11] Ibid., 481.
[12] Ibid.
[13] Ibid., 482-483.
[14] Ibid., 486.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar